Tata Cara Pendakian Gunung Semeru

Berikut beberapa persyaratan pendakian Gunung Semeru :
  1. Mengisi form surat ijin pendakian yang tersedia dengan materai senilai Rp. 6.000 per kelompok
  2. Fotokopi identitas resmi (KTP/Kartu Pelajar/KTM/SIM/Pasport) yang masih berlaku untuk semua peserta pendakian
  3. Bagi calon pengunjung yang berusia kurang dari 17 tahun disamping identitas diri bersangkutan harus pula menyertakan Surat Ijin Orang Tua/Wali yang ditandatangani diatas materai senilai Rp. 6000 serta dilengkapi fotocopy KTP dari orang tua/wali
  4. Membayar tiket sebesar Rp 10 ribu (pengunjung lokal) dan Rp 72.500 (wisatawan asing)
  5. Surat Keterangan Sehat dari Dokter
  6. Pengunjung perorangan diberikan 1 (satu) surat ijin pendakian
  7. Jumlah anggota pengunjung dalam 1 kelompok minimal 3 (tiga) orang
  8. Satu kelompok harus memiliki 1 (satu) orang ketua kelompok yang berperan sebagai penanggungjawab kelengkapan administrasi dan keselamatan anggotanya
  9. Pendakian di kawasan TNBTS disarankan untuk didampingi oleh pemandu yang disertifikasi oleh Balai Besar TNBTS
  10. Pengunjung pendakian Semeru dibatasi minimal usia 10 tahun.
  11. Batas waktu pendakian 3 x 24 jam, bila melebihi batas waktu akan dikenakan denda sebesar Rp 10 ribu/orang/hari untuk wisatawan lokal dan Rp 72.500 untuk turis asing
 TATA TERTIB PENDAKIAN Gn. SEMERU :
Kepada semua calon pendaki yang akan melakukan pendakian diwajibkan untuk mentaati tata tertib sebagai berikut :
- Setelah mendapatkan surat ijin pendakian dan melengkapi administrasi pendakian di kantor SPTN II, calon pendaki diharapkan melaporkan diri ke Petugas di Pos Ranupani untuk registrasi ulang (tidak dipungut biaya lagi) dengan mengisi buku tamu (nama ketua kelompok, alamat, jumlah pengikut, nomor surat ijin, tanggal naik dan tanggal turun sesuai yang ada di surat ijin), mengisi blanko daftar barang bawaan.
- Bagi para calon pendaki yang belum pernah melakukan pendakian ke Gn. Semeru dianjurkan untuk didampingi oleh guide, atau bergambung dengan kelompok lain yang sudah pernah melakukan pendakian ke Gn. Semeru.
- Berjalanlah secara kelompok, jangan memisahkan diri dari rombongan, serta dilarang memotong kompas atau membuat jalur sendiri. Ikutilah jalur yang sudah ditetapkan.
- Para calon pendaki dilarang membawa senjata sajam berupa parang, kapak, dan sejenisnya, namun diperbolehkan membawa pisau lipat atau pisau dapur untuk peralatan memasak.
- Dilarang membawa minuman keras dan obat-obatan terlarang selama melakukan pendakian ke Gn. Semeru.
- Dilarang membawa binatang peliharaan dan alat buru.
- Saat di Puncak Mahameru dilarang mendekati kawah jonggring saloka yang masih aktif karena berbahaya adanya gas belerang dan semburan abu panas, serta material lainnya.
- Dilarang melakukan kegaduhan, membuat api yang bisa menyebabkan kebakaran hutan, membuang sampah sembarangan serta pencemaran. Saat meninggalkan lokasi atau turun, pastikan tidak ada lagi api yang masih hidup, dan sampah yang masih berserakan. Bawa turun kembali sampah anda.
- Mintalah arahan dan penjelasan kepada Petugas mengenai pantangan-pantangan jika ada, dan kondisi terakhir rute pendakian. Jangan memaksakan diri bila fisik dan mental belum siap. Jangan memaksakan diri.
- Setelah turun dan tiba di pos Ranupani, agar melaporkan diri kepada Petugas dan mengisi buku tamu kembali untuk memastikan bahwa anda dan rombongan telah benar-benar turun, dan menyerahkan sampah bawaan.

pengumuman

 WAKTU PENDAKIAN Gn SEMERU
a. Ranu Pani- Ranu Kumbolo
Dari Ranu Pani pukul 7.00 WIB menuju Ranu kumbolo ?10 km melalui jalan setapak yang memakan waktu sekitar 3-4 jam.
Bagi pendaki yang baru pertama kali mungkin akan bingung menemukan jalur pendakian, untuk itu setelah sampai di gapura selamat datang, perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar karena ke arah kebun penduduk. Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki melewati Watu Rejeng, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam dengan melintasi Gunung Ayek-ayek.
Jalur awal yang akan dilalui landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m, ikuti saja tanda ini. Banyak terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala, sehingga harus sering merundukkan kepala, tas keril yang tinggi sangat tidak nyaman. Setelah berjalan sekitar 5 Km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis, para pendaki akan sampai di Watu Rejeng, merupakan batu terjal yang sangat indah dengan pemandangan yang sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang dapat terlihat kepulan asap dari puncak semeru. Dari Blok Watu Rejeng perjalanan masih berlanjut menuju Ranu Kumbolo.
Di Ranu Kumbolo terdapat danau yang sangat luas (12 Ha) dengan ketinggian 2.400 m dpl. Di Ranu Kumbolo ini terdapat pondok pendaki serta MCK untuk istirahat dan memasak bahkan untuk menginap/bermalam. Sekitar danau juga dapat digunakan untuk berkemah. Kondisi air di danau ini jernih dan terbebas dari polusi udara. Pada saat perayaan HUT RI, Ranu Kumbolo juga dijadikan sebagai salah satu tempat upacara para pendaki yang tidak sampai ke puncak atau karena quota untuk puncak sudah habis.
Ranu Kumbolo merupakan tempat peristirahatan yang memiliki pemandangan dan ekosistem dataran tinggi asli. Panorama alam di pagi hari akan lebih menakjubkan berupa sinar matahari yang terbit dari celah-celah bukit yang menyebabkan sekitar danau berwarna kemerah-merahan dan kekuningan, di tambah uap air dari danau seakan-akan keluar dari danau tersebut. Di pagi hari juga dapat melihat atraksi burung belibis .Di daerah ini juga terdapat prasasti peninggalan jaman purbakala dan diduga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.
b. Ranu Kumbolo-Kalimati
Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin. Meninggalkan Ranu Kumbolo akan diawali mendaki bukit terjal, dengan pemandangan yang sangat indah dibelakang ke arah danau. Perjalanan dari Ranu Kumbolo ke Kalimati berjarak 5 km membutuhkan waktu tempuh 2-3 jam.
Tak jauh dari ranu Kumbolo terdapat padang rumput yang terletak di lembah gn. Ayek-ayek yang dinamakan ?pangonan cilik?. Asal usul nama tersebut karena padang rumput ini mirip dengan padang penggembalaan ternak (Pangonan). Selanjutnya di depan bukit terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan oro-oro ombo, luasnya ?100 ha. Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Padang rumput ini mirip sebuah mangkuk dengan hamparan rumput yang berwarna kekuningan, kadang-kadang pada beberapa tempat terendam air hujan. Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru menyemburkan asap wedus gembel. Di sebelah selatan padang rumput Oro-Oro Ombo terdapat kelompok Hutan Cemoro Kandang termasuk dalam gugusan Gn. Kepolo (3.095 m dpl) merupakan hutan yang ditumbuhi pohon cemara gunung dan tumbuhan paku-pakuan. Daerah ini topografinya relatif datar. Kadang disini dapat dijumpai burung dan kijang.
Setelah cemoro kandang perjalanan berlanjut ke padang rumput Jambangan yang terletak 3.200 m dpl, di sini terdapat beberapa cemara, mentigi, dan bunga edelweis. Topografinya relatif datar, terdapat beberapa tempat teduh yang ideal untuk peristirahatan. Dari tempat ini terlihat dengan jelas gn. Semeru menjulang tinggi dengan kepulan asap yang menjulang ke angkasa serta alur lahar pada seluruh tebing puncak yang mengelilingi berwarna perak. Di tempat inilah para pendaki maupun fotografer sering mengabadikan atraksi keunikan gn semeru.
ranukumbolo1
Ranu Kumbolo
. Kalimati-Mahameru
Daerah kalimati merupakan tempat untuk mempersiapkan diri menuju puncak semeru yang sering disebut Mahameru. Untuk melanjutkan perjalanan ke puncak dianjurkan pagi-pagi sekali sekitar pukul 2.00-3.00 pagi. Waktu tempuh sekitar 4-5 jam dengan perjalanan yang terus menanjak.
Nama kalimati berasal dari nama sebuah sungai/kali yang tidak berair. Aliran air hanya terjadi apabila musim hujan, aliran menyatu dengan aliran lahar gn. Semeru. Daerah ini merupakan padang rumput dengan tumbuhan semak dan hamparan edelweis seluas ? 20 ha, dikelililngi kelompok hutan alam dan bukit-bukit rendah. Kalimati merupakan tempat berkemah para pendaki sebelum melanjutkan pendakian. Disini terdapat fasilitas pondok pendaki, namun untuk kebutuhan air harus mengambil dari Sumbermani, ke arah barat/kanan menyusuri pinggiran hutan dengan jarak tempuh ?1 jam pulang pergi. Disini banyak terdapat tikus gunung sehingga bila kita mendirikan tenda dan ingin tidur sebaiknya menyimpan makanan di tempat yang aman.
Untuk menuju puncak, dari Kalimati perjalanan melewati Arcopodo. Arcopodo merupakan tempat transit sementara sebelum ke puncak. Daerah ini berada di lereng puncak gn. Semeru dengan jalanan yang terus menaik dan berliku-liku diantara hutan cemoro dengan kondisi tanah berdebu. Ditempat ini terdapat beberapa prasasti para pendaki yang meninggal dunia berjumlah ?12 buah sebagai tanda berkabung. Prasasti ini dibuat oleh masing-masing groupnya. Salah satu prasasti yang terkenal adalah Soe Hok Gie dan Idhan Lubis (Mapala UI) yang meninggal tanggal 6 Desember 1969. Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Semua barang bawaan sebaiknya di tinggal di Arcopodo atau di Kalimati. Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 03.00 pagi dari Arcopodo. Badan dalam kondisi segar, dan efektif dalam menggunakan air. Perjalanan pada siang hari medan yang dilalui terasa makin berat selain terasa panas juga pasir akan gembur bila terkena panas. Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka.
?Jalan menuju surga? itulah ungkapan dari para pendaki yang melakukan pendakian ke semeru. Alur lahar berpasir terbentuk dari bongkahan lahar yang membeku menyelimuti seluruh tebing, menjulang tinggi untuk di daki dengan kemiringan 60?-70? bahkan lebih apabila berada di bagian bawah tebing. Di malam hari, tempat ini hanya terlihat seakan-akan berada di kaki seorang raksasa. Kesiapan fisik dan mental harus secara matang diperhitungkan, begitu juga keteguhan hati dan kesabaran serta semangat untuk mencapai puncak tertinggi di pulau jawa. Di puncak terlihat beberapa puncak gunung di jawa timur, garis-garis pesisir dan pantai Samudra Hindia, kota-kota besar serta matahari terbit di ufuk timur. Pemandangan sungai panas yang berkelok- kelok menuju ke laut ini menjadi tontonan yang sangat menarik.
Di puncak Gunung Semeru (Mahameru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 - 10 derajad Celcius, pada puncak musim kemarau bisa minus, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari sering ada badai. Di kawah jonggring saloko terjadi letusan setiap 15-30 menit. Letusan berupa asap putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan 300-800 meter.

Terima Kasih:)
Follow : https://twitter.com/mibnujavier ---> @mibnujavier
Previous
Next Post »